Jumat, 08 Maret 2013

Like a Diamond

"Roitr er Morwa"
Dengan headset terpasang di telingaku aku memasuki ruang kuliah yang sudah cukup ramai. Aku lihat jam dinding di dalam ruangan, "10 menit lagi," bisikku pada diriku sendiri. Aku memilih tempat duduk yang aku rasa tidak terlalu mencolok. Tanpa melihat sekitar dan memperhatikan sekeliling aku langsung saja duduk dan pura-pura menyibukkan diri. 
Aku bukan orang yang mudah bergaul di kampus ini. Jadi aku lebih banyak diam tanpa harus menegur setiap nama teman-teman sekelasku.
Aku mengeluarkan handphone dan terus berpura-pura menyibukkan diri. Tiba-tiba tanpa sadar aku menoleh ke samping kiri, dan tanpa sengaja kedua bola mataku beradu pandang dengan seseorang. Sebelum detik kedua, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah yang lain. Tidak ingin beradu pandang dengannya terlalu lama. "Mungkin saja dia hanya kebetulan sedang melihat ke arahku, tanpa ada maksut untuk memperhatikanku. Ya, pasti seperti itu," hiburku pada diriku sendiri agar ragaku dapat terkontrol dengan baik, dan supaya dia tidak menyadari gerak-gerikku yang aneh karena salah tingkah. 
Tidak lama dosen sudah memasuki kelas. Aku sedah melepas headsetku dan sekarang beralih menyibukkan diri dengan coretan-coretan tanpa arti di lembaran-lembaran kertas. Hanya ingin sekedar menghilangkan kejenuhan. Sesekali aku melihat ke arah dosen, hanya sekedar terlihat seperti sedang serius menyimak apa yang ia katakan. Tapi tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan mual. Semanjak bangun tidur tadi kepalaku memang sedikit lebih berat daripada biasanya. Walaupun aku sering mengalami hipotensi ortostatik, hanya saja aku memang menyadari kali ini memang sedikit berbeda. Tanpa sadar aku memegang kening lalu leher dengan punggung tangan kananku. Aku menghembuskan nafas cukup berat. Ketika aku hendak kembali menorehkan tinta di atas kertas yang sudah cukup berantakan itu, aku lagi-lagi melihat ke arah dosen, dan terbersit fikiran apakah dia masiiihh..... "Apa dia sedari tadi memperhatikanku?" pikirku ketika aku menyadari kami beradu pandang untuk kedua kalinya. Lagi-lagi sebelum detik kedua aku sudah mengalikan pandanganku.
Perkuliahan ditutup dengan pemberian tugas yang benar-benar bisa membuatku gila. Aku merutuk dalam hati, namun sebelum aku beranjak dari kursi ada yang menghampiriku seraya menyodorkan catatan kecil. Aku menengadah dan kulihat wajahnya hanya dalam jarak kurang lebih satu meter dari wajahku. Hanya berbekala kata "Ini.." lalu ia berlalu begitu saja. 
Aku semakin terkejut. "Hahh??" aku mendesah penuh tanya ke arah punggungnya yang tak lagi menoleh ke arahku. Aku melihat catatan kecilnya, dan kulihat ada beberapa topik yang bisa kujadikan bahan tugasku, beserta sumber-sumber referensi yang bisa kupakai. Aku semakin terkejut. Apa dia membaca fikiranku? Aku semakin bingung. Aku terdiam cukup lama, niatku segera meninggalkan ruangan ini sirna entah kemana. Masih saja tenggelam dalam kebingunganku. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" fikirku lambat. Aku menghembuskan nafas panjang, merutuki diriku yang benar-benar telmi. Aku bergegas beranjak dari kursi, berlari mencarinya. Namun dalam waktu 2 detik pandanganku memudar. Aku berhenti sejenak seraya memegangi kepalaku yang sangat sakit dan berat. Ketika aku sudah merasa stabil, aku berlari lagi mencarinya.
"Ah itu dia." Aku melihatnya diseberang trotoar bersama dengan seorang wanita. Kulihat ia tertawa renyah seraya merangkul pundaknya. Dia terlihat...bersinar seperti berlian. Aku melihat jalanan sangat padat, dan terik matahari hari ini sangat menyengat. Aku mencoba menyeberang untuk menemuinya. Ketika traffic light sampai pada warna merah, aku bergegas berlari menuju ke arahnya dan tiba-tiba saja pandanganku kembali memudar. Putih. Aku tidak bisa merasakan lagi pijakan kakiku. Ada yang memanggil namaku. Aku mendengarnya, tapi semakin lama semakin memudar. Gelap.