Minggu, 16 Maret 2014

Farewell

Segala bentuk perpisahan pasti tidak akan pernah mudah untuk dijalani pada awalnya. Seperti apa yang terjadi pada keluargaku saat ini. My aunty, Istoeti Pamrih, pergi begitu cepat. Bahkan aku belum sempat membuatnya bahagia. Pada awalnya aku menyangkal, menyalahkan keadaan. Hatiku benar-benar tergerus. Bertanya kepada Tuhan, mengapa harus seperti ini? Bukankah seharusnya tidak seperti ini. Ini gak boleh terjadi. Tanteku harus kembali apapun yang terjadi. Berulang kali aku mengucapkan kata-kata itu. Aku kalut. Aku teringat seberapa berat hidup yang harus dia lalui. Tapi tanteku tetap sabar, sabar, dan sabar. Dia orang yang sangat kuat. Bertahan dalam kesederhanaan dan perjuangan. Hanya satu langkah saja maka hidupnya akan berubah setingkat lebih mapan. Tapi dunia mendadak bergetar dan berguncang bagi keluargaku.

Aku harus membaca dan mencerna berulang-ulang kali SMS yang dikirim mama. Tapi aku berusaha menyangkal. Aku mendengar suara mama, cukup tegar. Tapi justru suaraku yang bergetar. Mataku memanas, duniaku berhenti berputar sejenak. Aku mencoba menghubungi Luffy, berulang kali namun gagal. Pikiranku benar-benar kacau. Mama bilang tante kecelakaan. Setiap pagi bukankah mereka berdua berangkat bekerja bersama-sama? Lalu mamaku? Pikiranku seketika keruh. Tidak lama pintu pagar kos terbuka. Apa itu Luffy? Ya semoga. Dan ternyata benar. Aku menangis menjadi-jadi. Dia yang menenangkanku dan mengantarkan aku pulang. Aku harus cukup kuat dan harus menjadi yang paling tegar ketika berada di rumah nanti. Karna aku tahu keluargaku pasti jauh lebih sedih.

Hingga saat ini, hampir 2 minggu berlalu. Tapi duka kami masih belum terhapus. Setiap malam aku selalu memimpikan kejadian itu. Dimana aku kehilangan tanteku yang sedari kecil ikut membesarkanku, menyayangiku, membahagiakanku. Tapi aku?? Belum sempat aku membuatnya bahagia. Tidak ada yang menyangka sedikitpun mengenai kejadian ini. Aunty pergi secepat ini.

Tapi aku selalu berkata pada diriku. "Ikhlas Po. Ikhlas." Karna kita ga pernah tahu apa yang almarhumah pikirkan sekarang. Mungkin saja tanteku juga terkejut atas kejadian ini. Mungkin saja tante juga tidak mau hal ini terjadi. Mungkin saja tante juga menyesali ini, tapi kami semua tentu tidak bisa berbuat apa-apa atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu, aku harus mengawali dari diriku sendiri sebelum aku menasehati yang lain. Aku harus ikhlas. Karena dengan begitu, mungkin saja akan meringankan rasa sedih tante disana. Kalau kita disini masih tersedu-sedu menyesali keadaan ini. Apalagi tante disana. Jadi kami harus ikhlas. Mungkin aku memang belum sempat membahagiakan tante di dunia. Tapi aku disini akan berusaha mengirimkan doa untuk tante disana, supaya tante bisa beristirahat dengan tenang. Kami semua disini sedih Te. Tapi kami berusaha kuat, berusaha ikhlas untuk Tante. Karna kami semua sayang Tante. Mungkin ini yang terbaik untuk Tante. Allah pasti sayang sama Tante. Semoga suatu hari kita bisa ketemu lagi di surga yah Tante. Amin.