Selasa, 05 April 2016

Insomnia

Kaki itu tak pernah mau berhenti menghentak menyalak bumi. 
Kini ditambah lagi derak air hujan tampak marah di balik jendela yang mulai menggigil.
Mataku tak kunjung ciut dan menyerah pada rayuan bantal yang wangi. 
Mungkin ada hal yang sedang ditutup-tutupi. 
Yang bahkan aku sendiri tak bisa mengerti atau mungkin aku saja yang telah lalai? 
Seperti kepik yang terbang kesana-kemari lalu tersesat sampai ke ujung pantai
Apa yang sedang dicari? 
Meraba-raba meski tak buta, hanya mengenal hening meski tak tuli.
Lututku mencium kening. 
Ada rindu yang tak pernah terpanggil. 
Meniru meringkuk seperti bayi berselimut dingin.
Namun susu hangat pemberian ibu itu masih tetap hangat di perut, kepala dan hati.
Sehingga ia tak mudah mati. 
Mereka mengenal rupa namun tak pernah saling sapa meski sekali.
Ada baiknya pura-pura lupa agar tak ada luka lagi.