Mungkin beberapa orang selain aku pernah ngerasain gimana menjadi seorang presenter di hadapan kumpulan manusia dengan beribu tatapan tajam layaknya sembilu dan dengan lidah berbisa yang siap mematikan apapun yang ada di hadapan mereka kapan pun mereka mau. Oke, kata-kata lebay-nya cukup sampe di situ aja. Hehee. Di sini aku (lagi-lagi) cuman pengen sharing aja tentang kondisi yang lumayan sering di hadapi mahasiswa. Presentasi.
Mungkin sebagai seseorang yang memiliki ego dan harga diri yang cukup tinggi, aku seringkali harus mempersiapkan dengan matang materi yang akan aku presentasikan, sehingga bagaimana pun juga presentasi tersebut harus berjalan dengan lancar dan dapat membuatku merasa puas. Namun ketika suatu waktu harus dihadapkan dengan audience yang cukup menguras emosi dan pikiran, di situ lah jantungku seperti sedang menaiki permainan roller coaster.
Sebetulnya aku sendiri sangat setuju, dengan adanya pernyataan yang mengatakan bahwa, budaya bertanya itu sangat penting dimana hal tersebut dapat mendorong atau memicu kita untuk menjadi lebih berkembang dan lebih kreatif. Selain itu melalui sebuah pertanyaan kita dapat mempertimbangkan segala bentuk kemungkinan-kemungkinan yang akan kita hadapi, dan dapat kita jadikan sebuah pelajaran dan bahan evaluasi. Namun bagaimana bila pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah memiliki aroma-aroma sengit? Haah.. Jujur sebenarnya aku sangat tidak lihay dalam mengatasi permasalahan seperti ini.
Mungkin dari situ aku bisa berkaca "Apakah aku sudah cukup matang dalam menguasai materi yang aku sajikan?" "Apakah aku sudah cukup bijaksana dalam menghadapi berbagai bentuk pertanyaan yang diajukan?" dan "Apakah aku sudah cukup bersikap dewasa dalam menghadapi situasi pelik dalam hujaman pertanyaan yang 'menusuk'?"
Oke, sangat bisa dipahami bahwa di dunia ini sangat banyak bentuk karateristik pribadi seseorang. Ada yang gampang 'nrimo', ada yang tutur katanya lembut, bersahaja, bijaksana, bahkan ada pula yang cukup lugas, tegas dan kadang menyakitkan. Walaupun mungkin terkadang mereka tidak ada maksut untuk menjatuhkan. Ya, bagaimana pun juga toh harus kita hadapi walaupun dengan mengeluarkan keringat yang banyak dan cukup menguras emosi. Hehee. Eh, tapi jangan salah lho, waktu kita berhadapan dengan situasi seperti itu secara tidak langsung kita dapat memupuk pahala, banyak-banyak istighfar dan menyebut nama Tuhan. Wkwkwk.. :p
Pada intinya, hidup ga selalu lurus-lurus aja, ga selalu berjalan sesuai sama apa yang kita harapkan. Kadang kita jatuh dan tumbang di dalam presentasi kita sendiri. Namun sebaiknya kita lihat dari segi positifnya saja, kan. Jadikan hal itu untuk tidak mudah menyerah, tunjukkan pada mereka bahwa kita bisa lebih baik. Tunjukkan pada mereka bahwa kita sangatlah pantas untuk dihargai. Ada saatnya kita jatuh, tapi ingat bahwa ada saatnya pula kita bangkit dan berada di puncak kejayaan kita sendiri, dan jangan sia-sia kan hal itu dengan segala bentuk penyesalan dan keterpurukan yang berkepanjangan. Banyak cara untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita berharga, bahwa kita istimewa dan layak meraih kata 'Bangga'.
Aku menulis ini khususnya untuk diriku sendiri, mempersiapkan hari-hari ke depan yang menurutku akan cukup berat. Dan ketika aku melihat tulisanku sendiri, aku bisa sedikit 'tertampar' dan tetap termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Tidak ada kata menyerah dan putus asa. Ambisius sudah mulai aku suntikkan ke dalam pembuluh darahku secara perlahan, agar aku tidak lagi menjadi seseorang yang lemah dan mudah terpuruk oleh hal-hal yang kecil. Sekian. :)