Minggu, 26 Juni 2016

Musim Dingin

Dinginnya membekukan pikiranku
Yang dengan cermat menangkap bayangmu dalam lamunku 
Tak banyak yang bisa kuperbuat 
Bahkan cangkir dengan jahat membunuh uap tehku yang tadinya hangat
Kuputuskan meringkuk dan memeluk lututku saja
Kutunggu hingga musim semi tiba 
Tapi 
Apakah saat musim semi tiba nanti aku belum mati?

Memilah Sajak

Dia bertanya begitu saja "Lalu apa yang sebenarnya kau cari?"
......
Seandainya aku bisa menaklukan angin agar dia membisikkan jawabannya untukku
Aku hanya ingin memastikan akan kutemui keheningan pekat di dalam sana 
Karna ku yakini keheningan selalu punya cara bagaimana memikat pelangi
Satu dua alasan lain adalah aku ingin mencari sejumput harapan-harapan
Yang (mungkin) tertinggal untuk sengaja kutemukan.

Laiknya Senja

Senja itu.
Aku melihatmu ada dalam matanya yg jauh
Aku benci kakiku yg terlanjur akrab dengan daratan
Menyebalkan.
Sedang kau pun melihat lautan ini mencemooh dengan tawanya yg menggelegar
Meski kau bergeming dan tetap tenang 
Tapi jiwaku terbakar 
Semua hal yg membuatku tak bs menggapaimu kukutuk begitu jahat. 
Kuputuskan menghantam ombak 
Kubiarkan aku berenang dengan nafas setengah-setengah
Tak jarang laut berusaha menarikku lebih dalam 
Tapi aku terus berusaha untuk tetap sadar dan terus berenang 
Hingga kutemukan kau di ujung sana. 
Menungguku dengan handukmu yang hangat 
Persoalannya
Akankah aku tak kehabisan waktu menuju jantung hatimu
Senja, jangan hanya tersenyum, berikan jawaban dan berikan aku waktu. 

Rabu, 22 Juni 2016

Bersedih Sajalah

Aku memilih menjadi sedih daripada bahagia
Kenapa? 
Karena dengan bersedih aku pun bisa bahagia
Tapi dengan bahagia aku tak mau bersedih.
Dengan bersedih telingaku lebih banyak mendengar
Dengan bersedih aku mengajarkan hatiku berpuasa 
Dan dengan bersedih aku kembali bergumul dengan larik-larik sajak
Karena tak ada sajak yang tak indah yang lahir dari pemikiran hati orang-orang yang patah. 

Bahagia Karena Sedih

Aku tak pernah sebahagia ini. 
Dikala seluruh haru tersesap hingga ke paru-paru. 
Banyak orang yang berbahagia karena bisa tertawa. 
Tapi aku bahagia karena aku mampu bersedih. 
Kesedihan itu mengajarkan banyak hal tentang kesabaran. 
Sabar itu tak pernah berkesudahan. 
Karena itu, bagiku sedih itu memabukkan.

Selasa, 21 Juni 2016

Jangan Jadikan Aku Sajak

Aku tidak pernah ingin menjadi alasan mengapa kau menulis suatu sajak. Kenapa? Kau buat aku terlihat indah, bergaun anggun berhias permata. Mungkin juga kau buat aku abadi karena terselip di suatu halaman buku catatan yang selalu menua kemudian usang. Aku tak butuh menjadi larik sajakmu yang menawan. Yang kemudian akan kau tinggalkan di rak tua bahkan di gudang. Terlupakan kemudian tergantikan.