"Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan. Semua takkan mampu mengubahku. Hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti."
Lembut aku mendengar lagu itu diputar, sepertinya tidak jauh dari tempatku berada. Aku sedang termenung menatap jauh pada layar abu-abu yang sangat luas di sekeliling tubuhku. Lagu itu semakin membuatku merasa ingin tetap berdiam diri disana. Apa aku sedang di dalam mimpi?
Tiba-tiba saja aku merasakan beberapa jemari panjang, kurus, dan halus menyentuh kening dan pipiku. Dingin, tapi entah rasanya sangat nyaman. Mungkin karena wajahku terasa panas sehingga sentuhan itu membuatku merasa lebih baik.
Tunggu. Aku rasa aku mengenali siapa pemilik jemari itu. Bukankaaah. Tapi apakah mungkin. Suara lagu itu semakin terdengar cukup jelas. Sekarang aku bisa mendengar suara jam dinding berdetak.
Reflek tangan kiriku memegang kening karena kepalaku terasa pusing. Aku melihat sekeliling. Infirmary.
Oh Tuhan, kenapa aku bisa ada disini? Aku bertanya dalam hati. Dan, tunggu apakah itu dia? Aku melihat seseorang berambut cepak sedang memegang cangkir. Tak lama ia menoleh kearahku dan segera meletakkan cangkirnya di meja tak jauh dari tempat tidurku.
"Kamu sudah bangun. Apa masih pusing?" Raut wajahnya begitu khawatir, apalagi melihat sebelah tanganku masih saja memegang kening.
Tapi aku hanya bisa merespon dengan sebuah senyuman kecil.
"Kamu istirahat aja dulu. Nanti aku temani pulang. Mau minum teh? Aku tadi sudah membuatkanmu segelas teh hangat tapi mungkin sudah agak dingin." Ujarnya seraya melempar senyum lembut.
Ya Tuhaaan. Seketika aku menutup kedua mataku dengan punggung tanganku. Aku rasa wajahku semakin panas. Aku cemburu. Sikapnya ini membuatku cemburu, kenapa kamu dan bukan dia yang melakukannya untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar