Senin, 26 Maret 2012

Emosi Remaja


Akhir-akhir ini aku kebayang-bayang tentang topik ini. "Emosi Remaja". Ya lagi-lagi aku pengen nyoba ber-monolog ria, tanpa ada unsur pembicaraan yang berat di blog ku ini. Ehehe. Kenapa sih koq tiba-tiba pengen bahas tentang topik ini?
Beberapa waktu yang lalu aku baca tulisan di sebuah web atau apalah itu ya namanya. Di situ aku baca sederet kata yang menarik dan terus-menerus menari riang di otakku.
"Alexander Stevens, Asst. Professor di Oregon Health and Science University, menjelaskan bahwa otak remaja adalah "pekerjaan yang belum selesai." Riset terbaru menyatakan jarigan saraf di otak bagian depan yang diperlukan untuk membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan berfikir secara logis dan nalar baru akan selesai terbentuk pada usia 20 tahunan. 
Akibatnya remaja sering mengambil keputusan berdasarkan emosi sasaat tanpa dipikirkan akibatnya kemudian. Tapi ini juga menyebabkan cinta yang dialami oleh remaja terasa begitu indah karena emosi mereka membanjir mengalir drastis dalam otak mereka."
Mulai dari situ seakan-akan serabut-serabut saraf di otakku saling bersambut, menyalurkan impuls. Menyambungkan semua hal yang terjadi di masa remajaku yang terkesan 'gelap'. Sering kita melihat, mendengar, atau menghadapi seorang remaja yang memiliki emosi yang meledak-ledak. Sedikit lebih ekstrim mungkin, bunuh diri.. Dari situ aku jadi berasumsi bahwa memang dominannya para remaja lebih menggunakan emosinya. Sering merasa sendirian, depresi, sangat sensitif, sehingga kita sendiri sering kali kita terkecoh tentang jenis kepribadian saat kita berada dalam usia belasan tahun. Seakan-akan semua mengarah pada 'melankolis'. Dan ketika kita menyadari beberapa waktu ke depannya ternyata itu bikan identitas asli kita. Ya bisa dibilang hanya identitas sesaat. Karna itu tadi, semua orang pasti melewati masa-masa remajanya yang penuh emosi karna belum terjadi proses "kematangan", ya masih mungkin sih, ini kan juga berdasarkan pendapat pribadiku aja. :)
Mungkin ada yang lebih bisa aku contohkan di kehidupan nyata yang sangat kontroversial, "GALAU". Satu kata itu sudah sangat sering kita dengar dari mulut-mulut para remaja, bahkan akun sosial mereka dibanjiri oleh status yang ga jauh-jauh dengan kata ini. Kenapa sih mereka bisa galau berjamaah gitu? Balik lagi lah di penjelasan di atas, mereka sering kali melibatkan emosi, seperti merasakan kegembiraan yang meluap-luap atau cinta yang terasa sangat indah bagi mereka. Namun ketika keadaan menjadi miring hanya beberapa derajat saja, mereka seakan-akan langit biru menjadi runtuh, matahari seakan-akan terus bersembunyi dari awan-awan gelap yang terus menangis dan petir yang meluluhlantahkan hati mereka. Semuanya tampak sangat rumit, dan 'gelap'. Beberapa diantara mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bangkit menjadi pribadi yang lebih tegar. Begitu  pula dengan apa yang terjadi denganku di waktu silam. :)
Mencoba menoleh ke belakang sejenak, melirik kepahitan yang sempat aku kecap. Tapi kini aku bisa tersenyum melihatnya. Setidaknya aku sudah sadar, dengan alasan mengapa aku sangat terpuruk. Tidak bisa mengendalikan diri pada saat itu. Sangat terpengaruh dengan emosi sesaat. Tapi aku tidak akan menghapusnya. Biar saja orang mau berkata apa tentang aku. Tapi inilah hidupku sekarang yang mungkin menurutnya sangat berbeda dengan yang dulu. Tapi menurutku ini jalanku. Aku yang menentukan aku harus kemana. Aku pula yang mentukan aku harus bagaimana. Itu sejarahku, dan sejarah itu bagian dari diriku. Karna tanpanya, mungkin aku tidak berdiri dengan tegak di sini, di pijakan yang baru, di lingkungan yang baru, dan di dunia yang baru, dengan senyuman yang merekah.

Minggu, 25 Maret 2012

Rempong


Rempong? Apaan sih??
Mungkin kalo dibaca dari judulnya bakalan dikira mau cuap-cuap soal hidup aku yang rempong (repot). Tapi rempong versi kali ini bakalan bahas soal ke-10 cewek-cewek yang saling merapat membentuk suatu ikatan. :)
Mulai dari atas pojok kiri, ada Arnay, Ochie, Nia, There, Martha. Kalo yang deretan bawah mulai dari kiri, ada Besty, Aku (p0e), Vertika, Amel, Selly.
Kali ini cuman mau share awal mula 'lahirnya rempong' ajah nanti lain kali aku bahas lebih mendalam gimana sih rempong itu. ;)
Awalnya kami ber-10 jalan-jalan ke royal plasa, biasanya makan-makan. :p
Ternyata dan ga terduga-duga di sana ada acara Galaxy Superstar. Beuh, pesertanya mantab banget yang mulai dari vokalis cewek roker, sampe mas-mas wajah mulus, aku yang cewek nih sampe kalah mulus. -___-"
Sewaktu pembacaan nama peserta, tiba-tiba seorang temen yang ngelempar candaan, "eh ayo siap-siap habis ini kita kan mau tampil"
Dan ga tau kenapa ujung-ujungnya lahirlah kata "rempong nyot-nyot girlband" yang didaulat sebagai nama 'fake girlband' kita. Ehehe..
Semenjak itu kita sering bikin agenda jalan-jalan. Mulai dari House of Sampurna, Museum Kesehatan, sampe Taman Flora (Kebun Bibit).
Yang di atas itu waktu lagi di HOS.

Kalo ini waktu di Taman Flora (Kebun Bibit).. :)

Yang ini waktu di Museum Kesehatan.

Ini juga di Museum Kesehatan. Sepi banget di sini, pengunjungnya cuman rempong doank. Berdebu pula. Ya, mungkin memang ga banyak yang tau si, atau ga ada yang tertarik yah. Hehe. Sampe sini dulu aja deh ya, bahas rempongnya. Ntar aku posting lagi agenda rempong selanjutnya. :)
 

Minggu, 18 Maret 2012

Indigo Phobia


Hmm.. Langsung aja deh ya daripada bertele-tele. Hehe.
Oke, bisa diliat deh ya dari judulnya aja "Indigo phobia" jadi bisa ditebak lah ya apa yang mau aku bahas kali ini. Hehe. terserah si orang lain mau berpendapat seperti apa tentang seorang Indigo phobia. Tapi yang jelas saya termasuk seorang Indigo phobia. 
Ga tau juga awalnya gimana aku jadi kurang sreg, atau kalo bisa dibilang setiap aku denger ada yang indigo. Satu kata simple yang terlintas dan menggambarkan perasaanku, "EUGH!" 
kalo ada yang sampe bertanya-tanya, kenapa sih?
Bukan apa-apa sih ya, maaf sebelumnya buat indigo yang lagi baca blog-ku ini. Tapi serius aku ga ada niat untuk menyinggung perasaan atau menjelek-jelekkan citra seorang indigo.
Aku pribadi rasanya 'kecolongan' tiap ada indigo yang dengan leluasa mengorek apa isi hati aku, perasaan aku, gimana kehidupan aku, gimana pikiran kita. Haah, ga tau lah aku, jelasnya gimana, tapi kurang lebih kan kayak gitu. Hidup kita itu ada batasannya kan, ada semacam bilik-bilik yang berbeda. Satu bilik dimana aku dan semua orang patut dan bisa untuk mengetahuinya, dan ada pula bilik dimana itu hanya ada AKU.
Bukan hanya itu, aku jadi merasa, "Hey ini hidupku, ini hatiku, dan ini perasaanku. Jangan dengan sok tau, dan dengan lugasnya kamu mengatakan apa yang kamu 'lihat' dari aku itu sudah merupakan suatu kepastian"
Haah, ya aku tau, mungkin hanya beberapa yang seperti itu, tapi yang dominan aku tau mereka baru berbicara setelah ada yang bertanya. Tapi menurutku, KEPASTIAN itu hanya di tangan Tuhan, dan semua tentang aku, tentang hidupku, tentang hatiku, tentang perasaanku, itu hanya aku, dan Tuhan yang tau.
Aku seringkali tersenyum sinis, saat aku mendengar apa yang mereka katakan tentang aku yang menurutku itu melenceng. Ya entah apapun itu. Tapi pada dasarnya aku rasa apa yang mereka lihat itu hanya bersifat 'subyektif'. Dan ya terserah mereka mau mengatakan apa tentang aku, tapi aku menutup hati soal itu, tidak aku tidak menutup telinga, aku akan mendengarkan, namun hanya sebatas itu. :)
Bila ada yang bertanya, "Jadi kamu benci seorang indigo?" 
Enggak, itu salah. kenapa aku harus membenci seorang indigo? Mereka hanya mengucapkan apa yang mereka lihat dan menurutnya itu benar. Hanya saja, mengucapkan kata-kata seolah-olah hal itu benar, aku rasa itu sebuah 'pace maker' yang hanya akan membuat objek merasa terjudge atau ter-label atau bahkan terdoktrin dengan apa yang  mereka katakan. 
Ya semua yang aku omongin di atas bisa aja salah, kan manusia ga ada yang pernah bisa selalu benar. Tapi manusia itu mempunyai pola sendiri-sendiri dalam berfikir, berpendapat, dan menyalurkan apa yang terolah di dalam kepalanya kan. Jadi ya, itu tadi, aku hanya melakukan hal tersebut sebagai manusia yang pada umumnya, menghadapi permasalahan, menganalisa, berfikir, berpendapat, dan akhirnya berakhirlah di sini. Tertulis, dan bisa kapan saja aku melihatnya kembali. Hanya sekedar untuk menjadikan sebuah potongan-potongan kecil yang akan menjadi sejarah hidupku sendiri. :)

Frozen Shoulder (Capsulitis Adhesiva)


Definisi
Frozen shoulder atau adhesive capsulitis mempunyai beberapa sebutan seperti scapulohumeral periarthritis of duplay atau disebut juga sebagai “check rein shoulder”. Adhesive capsulitis adalah suatu keadaan yang mempunyai karakteristik berupa nyeri dan kekakuan yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan ekstrinsik sendi bahu. Kekakuan tersebut menimbulkan keterbatasan gerak segara arah baik gerakan aktif maupun pasif, dan sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan lebih sering pada perempuan. Nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Gejala klinis dari frozen shoulder adalah nyeri pada sendi bahu, berkurangnya LGS pada sendi bahu sehingga menyebabkan terjadi penururunan kapasitas fungsional bahu dalam aktivitas pasien sehari-hari. Keadaan ini pertama kali dikenali oleh Putnam (1882) dan kemudian oleh Codman.
Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a.       Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai 10-36 minggu.
b.      Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c.       Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Etiologi
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). De Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak scapulohumeral/ scapulothoraxic menyebabkan inaktifitas dari otot sehingga merupakan predisposisi terjadinya ‘frozen shoulder’

Patologi
Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga yang khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive (Thomson, 1991). Sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30m (Donatelli, 1989). Selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen shoulder.






DAFTAR PUSTAKA
Applay Graham A. : The Joint Shoulder Apley’s System of Orthopaedics and Fracture. 6th Ed. 1982 : 158-165
Caillet R. : Shoulder Pain, 2nd Ed. Philadelphia F.A. Davis Company, 1981
De Palma : A.F. Surgery of the Shoulder, Ed, Philadelphia, J.B Lippincot Company, 1973.
Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physicaltherapy, Churchil Livingstone Inc, 1989. hal: 160
Kessel, Lipmann, MB.E. MC. FRCS : Clinical Disorder of The Shoulder, Churcill, Livingstone Edinburgh London, 1982 : 80-84
Thomson, Ann M., Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 1991. hal: 71