Rabu, 17 Februari 2016

Sesedih itukah Kau Hujan?

Aku mendekat ke arah jendela.
Bulir-bulir air hujan masih tampak segar 
Bagaimana bisa seluruh manusia di dunia ini menyetarakan kamu dengan kesedihan mereka? 
Apakah kamu memang benar2 bersedih?
Ataukah justru kamu sedang haru karna akhirnya kamu kembali bertemu dengan daratan yang telah lama kau rindukan?
Semua tampak melambat, seraya ikut larut dalam haru biru mendalam yang kau tularkan. 
Seperti sesuatu yg salah bila kau menari-nari dan bersenang-senang kala hujan. 
Kecuali anak-anak kecil yang masih terlalu lugu dan menganggap semuanya hanya sekedar hal yang perlu dimain-mainkan.
Orang-orang yang patah dan berduka semakin tersedu meski bbrp memendamnya dalam diam. 
Seakan hujan dengan sukarela memainkan violin. 
Mengalun lembut, menarikmu semakin dalam ke palung kesedihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar