Akhir-akhir ini aku merasa kalau Tuhan selalu memberikan motivasi-Nya kepadaku tepat saat aku sedang berada di 'tepi jurang' keputusasaan. Dan apa yang sudah aku lalui itu menjadikanku sedikit lebih kuat dan membuatku selalu ingin bersyukur.
Aku selalu bertanya-tanya, berapa lama lagi sisa umurku di dunia ini? Berapa lama lagi aku masih bisa bersenang-senang? Berapa lama lagi aku masih bisa bersantai dan terlena di dalam zona nyamanku? Tidak ada yang tahu.
Hari Senin tepat tanggal 07 Oktober 2013, saat puluhan orang di sekelilingku terlihat sangat sibuk, aku hanya berdiam diri menikmati segelas kopi dengan sejuta kepenatan yang masih menggumpal di dalam tengkorak kepala dan di dalam rangka tulang rusukku. Seperti yang sudah aku bilang, Tuhan memberikan motivasi-Nya kepadaku, kali ini lewat sebuah buku.
Bila dibandingkan dengan umur sebuah bintang, maka sisa umurku untuk tetap bertahan hidup di dunia ini hanyalah sepersekian detik. Sangat kecil. Betapa kecilnya kita, dan betapa Agung-Nya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Bila dilihat dari keutuhan galaksi Bima Sakti, kita hanyalah setitik debu halus yang bahkan tidak bisa dilihat hanya dengan sepasang mata manusia normal pada umumnya. Berawal dari sini aku semakin membuka mata bahwa aku hanyalah makhluk kecil yang hanya memiliki sedikit waktu untuk hidup, tidak seperti umur sebuah bintang yang mampu mencapai 1-100 milyar tahun lamanya. Lalu akan aku gunakan untuk apa sedikit waktu yang aku miliki itu? Untuk sibuk menyesali hidup dan masa laluku? Merutuki orang-orang yang mengataiku? Sibuk mengatai balik orang lain? Tidak! Aku tidak punya waktu untuk itu. Aku tidak ingin menghabiskan sedikit waktuku yang berharga hanya untuk hal-hal yang percuma.
Seorang bajak laut yang sukses bukan hanya hidup di lautan yang tenang ataupun di 'calm-belt' tanpa seekor sea king.
Untuk berlari dan melompat hingga bisa meraih sebuah kesuksesan, kita terkadang sangat membutuhkan hadirnya seekor 'anjing galak' tanpa rantai di lehernya dan dinding kokoh yang menjulang tinggi di tengah-tengah lintasan. Ketika kita banyak menemui hambatan ataupun tekanan, sebenarnya itu adalah sebuah cara bagaimana kita menuju sebuah kesuksesan. Namun juga tidak dapat dipungkiri kalau aku sendiri bahkan sering menyerah kalah bila sudah berhadapan dengan hambatan. Tapi mulai saat ini aku akan mencoba mensugesti bahwa hal itu tak lagi bernama 'hambatan' tapi telah berubah nama menjadi 'tantangan'.
Sudah sangat sering kita mendengar sebuah kalimat, "Hidup itu seperti roda berputar. Kadang berada di atas, kadang di bawah." Jadi ketika kita sudah mempersiapkan diri berada di puncak keberhasilan maka kita juga seharusnya sudah mempersiapkan berada di titik keterpurukan jauh dibawah puncak keberhasilan yang pernah kita raih sebelumnya.