Menghitung dalam hati di setiap pijakan
Berharap segera sampai tujuan
Seperti sedang menghitung domba pengantar lelap.
Ketika sudah mulai bosan dan entah sudah berhenti di angka berapa aku melangkah,
Aku mulai menatap ke arah depan
Mencoba mengukur jarak hingga sampai ke rumah.
Aku palingkan kepalaku ke tepi jalan
Melihat apa saja yang tega hanya melirik saja
Semua tampak basah karena sisa hujan
Bahkan rintiknya saja masih usil mencolek badan
Hari ini senja tampak sibuk berdebat dg awan gelap dan halilintar
Ketika senja mulai lelah dalam perdebatannya, mataku terhenti pada tumbuhan liar
Warnanya (seharusnya) hijau segar
Atau sekarang berubah menjadi toska?
Cantik.
Senyumku mengembang dan hangatnya sampai menyusup ke dalam dada.
Aku membisikkan pada telinga senja
"Lihat, karena sinarmu bahkan tanaman liar pun dapat berubah secantik ini. Itulah mengapa aku begitu mencintaimu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar