Selasa, 29 Desember 2015
Tidak Ada Lagi yang Perlu Dipertanyakan
Senin, 28 Desember 2015
Kecantikan Senja
Minggu, 27 Desember 2015
Bulan yang Disebut Paling Akhir
Kamis, 17 Desember 2015
Aku yang kau hibur atau kamu yang kuhibur?
Senin, 28 September 2015
Sekedar Renungan Ala-ala
Absurd
Intermezzo
Sabtu, 04 Juli 2015
Senja Darimu
Selasa, 30 Juni 2015
Cece (cerita cengeng)
Jumat, 26 Juni 2015
Aku ini mengerikan ya?
Kamis, 25 Juni 2015
Speculation
Andai Aku Bintang
Sabtu, 11 April 2015
Aku dan Masa Lalu
Kini aku sudah benar-benar mampu tersenyum. Menatap langit. Hanya untuk berkata dengan mantap. Tuhan, aku sudah siap. Bila aku bertemu dengannya lagi, aku yakin bahwa tidak akan ada lagi rasa di hati yang dulu sempat terselip walau hanya sedikit di ujung yang sempit. Tapi aku yakin bahwa aku sudah melenyapkan semuanya dari hatiku. :)
Kamis, 26 Februari 2015
Sunflower
Aku tertunduk lesu pada malam yang temaram. Mengukur rindu, seperti mengukur jarak diantara kita. Kala fajar mulai malu-malu menatap, aku seketika bersemangat. Aku mengikuti kemanapun ia pergi, menatap kemanapun ia menghadap. Hingga ia pergi, hilang diujung hari. Hanya seperti ini, tak mampu meraih. Karena aku hanyalah #bungamatahari
Aku dan DIA
Kubasahi sajadahku dengan airmata. Mengadu sejadi-jadinya pada yang kuasa. Mengungkapkan semua rahasia. Yang sebenarnya pasti telah diketahui olehNya. Hanya berharap Dia dapat mengangkat luka dan menggantinya dengan petunjuk arah. Kemana aku harus lagi melangkah.
My Sweet Cake
Fajarku muram. Api kecil di hatiku mungkin telah padam. Sepotong kue yang manis dipangkuanku berbisik bernyapa. Namun jemariku menggantung. Enggan.
Seperti sebuah rencana indah yang tersenyum hangat. Namun tak ingin kujamah karna takut berakhir kecewa.
Selasa, 24 Februari 2015
Candu yang Pilu
Hatiku mungin tak sejalan dengan hatimu. Bahkan permainanku telah masuk ke dalam permainanmu. Tak apa, aku sudah terbiasa. Menjadikanmu sebagai aktor dalam ilusiku semacam candu. Bahagia meskipun semu. Itu hobiku.
Rabu, 28 Januari 2015
Takkan Terganti
"Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan. Semua takkan mampu mengubahku. Hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti."
Lembut aku mendengar lagu itu diputar, sepertinya tidak jauh dari tempatku berada. Aku sedang termenung menatap jauh pada layar abu-abu yang sangat luas di sekeliling tubuhku. Lagu itu semakin membuatku merasa ingin tetap berdiam diri disana. Apa aku sedang di dalam mimpi?
Tiba-tiba saja aku merasakan beberapa jemari panjang, kurus, dan halus menyentuh kening dan pipiku. Dingin, tapi entah rasanya sangat nyaman. Mungkin karena wajahku terasa panas sehingga sentuhan itu membuatku merasa lebih baik.
Tunggu. Aku rasa aku mengenali siapa pemilik jemari itu. Bukankaaah. Tapi apakah mungkin. Suara lagu itu semakin terdengar cukup jelas. Sekarang aku bisa mendengar suara jam dinding berdetak.
Reflek tangan kiriku memegang kening karena kepalaku terasa pusing. Aku melihat sekeliling. Infirmary.
Oh Tuhan, kenapa aku bisa ada disini? Aku bertanya dalam hati. Dan, tunggu apakah itu dia? Aku melihat seseorang berambut cepak sedang memegang cangkir. Tak lama ia menoleh kearahku dan segera meletakkan cangkirnya di meja tak jauh dari tempat tidurku.
"Kamu sudah bangun. Apa masih pusing?" Raut wajahnya begitu khawatir, apalagi melihat sebelah tanganku masih saja memegang kening.
Tapi aku hanya bisa merespon dengan sebuah senyuman kecil.
"Kamu istirahat aja dulu. Nanti aku temani pulang. Mau minum teh? Aku tadi sudah membuatkanmu segelas teh hangat tapi mungkin sudah agak dingin." Ujarnya seraya melempar senyum lembut.
Ya Tuhaaan. Seketika aku menutup kedua mataku dengan punggung tanganku. Aku rasa wajahku semakin panas. Aku cemburu. Sikapnya ini membuatku cemburu, kenapa kamu dan bukan dia yang melakukannya untukku.
Kamis, 22 Januari 2015
I GIVE UP, SORRY.
Ya lagi-lagi aku ingin lari dari kehidupan yang sebenarnya sudah hampir 23 tahun diberikan kepadaku. Apa tujuan hidupku? Aku masih belum menemukan jawaban itu. Aku sudah sampai disini. Di titik ini. Dimana aku sudah benar-benar tidak tau harus bagaimana. Separuh diriku mencoba menguatkan separuh diriku yang lain. I just wanna step back, may I??
Aku ingin meninggalkan semua yang ada disini. Semua yang telah aku bangun. Semua yang telah aku perjuangkan. Aku ingin menyerah saja. Karena mungkin tujuanku hidup bukan untuk diriku sendiri.