Saat emosi membuncah, disimpannya saja di dalam dada. Rapat-rapat, meski tak jarang terasa sesak bahkan penat. Dalam diamnya ia mengucapkan banyak kata, doa, dan cerita. Dalam kehampaan, ia mencoba meredamkan amarah yg harus terus dilawan. Dan dalam kesunyian, ia pun mendapatkan kekuatan. Mungkin batinnya lelah, tapi ia jelas tak mau kalah. Menyerah berarti mati, mati dibunuh emosi.
Senja tak henti-hentinya membuatku jatuh cinta. Meskipun aku paham pada akhirnya yg akan menjadi hadiahku hanya seuntai gelapnya malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar