Aku lirik jam digital di atas meja di samping tubuhku. Pukul 11.25. Aku pulang terlalu pagi ternyata. Aku regangkan seluruh bdanku, lalu meringkuk di atas sofa ruang tengah. Tanganku mencoba merogoh ke dalam tas yang aku letakkan di ujung sofa, mencari-cari handphone bututku yang selalu aku bawa kemana-mana. Aku putar lagu favoritku, Adele - Make you feel my love. Aku tekan pilihan repeat agar lagu itu terus diputar berulang-ulang. Aku coba memejamkan mata. Aku ingin tidur, sebentar saja.
Entah sudah berapa lama aku terpejam, tapi aku merasa ada seseorang yang mengusap-usap kepalaku. Ah, wangi parfum ini. Musky. Hmm, apa ini hanya ilusi? Apa ini hanya mimpi? Kepalaku terasa sedikit pening saat aku mencoba membuka mata. Aku melihat sepasang mata sedang melihatku dengan teduh. Bulat dan berkilat lembut. Ah, seringai itu. Jelas, aku ingat siapa yang ada dihadapanku. Tapi ada yang berbeda. Entah, apa karena aku masih belum sepenuhnya sadar atau memang ada yang berbeda darinya. Hatiku masih ragu, apa benar ini nyata? Apa memang ini mimpi? Terlalu aneh. Sejak kapan dia memiliki tatapan mata seperti itu? Apa aku yang baru menyadarinya?
Aku seperti terhipnotis seketika dengan tatapan itu. Yang sangat ingin aku lakukan saat ini hanya memeluknya. Tapi entah justru aku tidak melakukannya, aku hanya diam. Ia meraih tanganku, mengaitkan tanganku dengan tangannya. Lalu mencium punggung tanganku seraya tersenyum. Ia pun bangkit dan beranjak dari hadapanku. Ah, menuju dapur rupanya. Aku juga mencoba bangkit, namun tiba-tiba saja aku memutuskan untuk duduk di ujung sofa saja, di atas sandaran lengan. Aku hanya bisa mengamati punggungnya, mencoba menerka apa yang ia lakukan di dapur sana. Seseorang berambut cepak itu menoleh ke arahku tanpa memutar badan seraya tersenyum lebar. Aku masih belum bisa bereaksi. Lalu aku putuskan mendekatinya, mencari tahu apa yang sedang ia lakukan. Aku melihat dari balik bahunya, seekor kucing kecil berwarna abu-abu dengan pita besar di punggung lehernya. Tanpa komando apapun, ia memutar badannya ke arahku tanpa mengindahkan kucing kecil itu. Memelukku seraya tertawa begitu renyah. Aku tersenyum mendengarnya tertawa seperti itu. Aku hanya mengusap kepalanya sesaat, lalu ia mengambil kucing kecil itu. Menggendong, dan mengarahkannya tepat di depan wajahku. Ia tertawa riang. Kembali memelukku, lalu menatapku tersenyum dengan menghujamiku lagi dengan tatapan teduh-penuh-arti. Entah, karena apa, tetapi ia terlihat sangat bahagia. Tanpa sadar aku pun ikut tersenyum. Mencoba ikut meraih kucing abu-abu itu. Namun....
Aku dikejutkan getaran dari handphoneku. Ketika aku hendak meraih handphone itu, seketika aku sadar. Aku masih berada di atas sofa, meringkuk. Aku melihat sekeliling sepi, dan tidak ada seorang pun. Aku menghembuskan nafas panjang dan membisikkan sesuatu untuk diriku sendiri, "seharusnya memang aku sadar itu hanya mimpi." Aku mengambil handphone yang masih saja memutar lagu Adele. Aku membuka tombol kunci dan muncul sebuah alarm pengingat. Terlihat sebaris tulisan terpampang di layar handphoneku, "10th Anniversary" dengan background fotoku bersamanya saling merangkul dan tertawa bersama. Lagi-lagi aku menghela nafas panjang. Kalau saja kita bisa pergi dari sini dan tidak mengindahkan seseorangpun. Akankah Anniversary kita ini dapat menjadi hari pernikahan kita? Mungkin. Seperti mimpi kita. Menikah di kiblat fashion itu. Kemungkinan pastilah ada, bukan? Aku ingin menghapus jarak diantara kita, dan tanpa ada dinding pembatas apapun. Entah dalam arti sesungguhnya atau dalam kiasan. AkuKamu. Sedekat itu, tanpa ada spasi maupun kata 'dan'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar